Astropolitik: Kekuatan Ruang Angkasa China

Apa memang benar kalau di atas langit masih ada langit?, pertanyaan itu yang mengawali cerita-cerita yang mungkin telah menginspirasi, menggerakkan dan memaksa penulis untuk melakukan kajian ini. Memang benar kalau memang manusia tidak akan pernah puas, dan memang benar pula kalau di atas langit memang ada langit,  karena  dengan  itulah  manusia  sampai di  ruang  angkasa.  Ruang  angkasa sebagai “the high ground”, merupakan geopolitik yang strategis untuk meraih semuanya. Rivalitas di ruang angkasa semakin menarik dengan kondisi dimana dunia sudah tidak lagi bipolar ataupun unipolar melainkan multipolar, karena rivalitas diantara semuanya menimbulkan suatu cerita baru yang menarik unuk dikaji. Untuk menjadi superpower maka harus menjadi space faring nation dan untuk menjadi space faring nation harus menguasai yang disebut the high ground itu tadi. Arena baru  ini  memang  arena  yang  baru  terjamah  sehingga  khalayak  masih  tabu terhadapnya, dan yang sudah lebih lama mengenal lebih tidak tabu terhadapnya dan menyadari ada sumber daya yang melimpah didalamnya. Amerika Serikat dan Russia memang  yang  mengenal  terlebih  dahulu  ruang  angkasa  dan  menjadikannya dua dominasi yang kuat terhadap arena ini. Namun, seiring kemampuan dan kesadaran dari negara-negara yang potensial menjadi penantang seperti China dan India, maka Amerika Serikat dan Russia tidak lagi kesepian untuk menikmati permainan di ruang angkasa. Kajian tentang pemanfaatan ruang angkasa menjadi berkembang karena memang terdapat nilai-nilai strategis di dalamnya. Bunga pasti akan mengarahkan wajahnya ke sinar matahari, dan negara pasti akan mengarahkan wajahnya ke sumber power. Hal ini menunjukkan adanya perburuan power yang sejatinya memang sudah mengakar dalam perkembangan peradaban manusia.

Keyakinan  bahwa dalam hubungan internasional negara-negara di dunia ini berada di dalam keadaan yang    konfliktual,    adanya    anarki,    bahkan    sisi-sisi    buruk    dari    manusia    bisa diekspresikan dengan cara apapun. Hal ini menjadi hal yang tidak dapat dipungkiri menjadi background utama suatu negara terus memperkuat aspek pertahanan dan keamanan dalam negerinya. Mearsheimer’s dalam tulisannya The Tragedy of Great Power Politics, berargumen bahwa :

  ….states face an uncertain international environment in which any state might use its power to harm another.

Pernyataan Mearsheimer ini menunjukkan bahwa negara menghadapi keadaan dan lingkungan internasional yang tidak menentu yang akhirnya memungkinkan negara lain untuk menggunakan kekuatannya untuk menguasai negara lain. Berakhirnya perang dingin  dengan  runtuhnya Uni  Soviet  sebagai pesaing utama Amerika Serikat telah membawa dunia pada era baru dimana Amerika Serikat mengukuhkan dominasinya sebagai negara terkuat di dunia. Kenyataan tersebut memang sudah bukan menjadi rahasia dalam konstelasi politik internasional saat ini. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa perang dingin merupakan peperangan pengaruh antara blok barat yang dipimpin Amerika Serikat dan blok timur yang dipimpin Uni Soviet pada masa itu. Persaingan kedua pihak tidak hanya muncul dalam hal pengaruh dan ideologi tapi tentunya meluas dalam teknologi militer juga. Dengan  runtuhnya  Uni  Soviet,  China  berperan  sebagai  pesaing  utama  Amerika Serikat dalam banyak hal termasuk ekonomi dan tentu saja militer.
Helga Hafterdorn (1991) dalam tulisannya The Security Puzzle menyebutkan bahwa konsep keamanan nasional (National security) merupakan sebuah kondisi yang terbebas dari ancaman militer atau kemampuan suatu negara untuk melindungi dirinya dari serangan militer yang berasal dari lingkungan eksternalnya (the absence of military threat or with the protection of the nation from external overthrow or attack).  Kendati pun tingkat ancaman sulit untuk dikuantifikasi atau diukur, secara sederhana keterkaitan  antara  tingkat  keamanan,  ancaman  dan  kemampuan untuk mengatasi ancaman dapat dirumuskan sebagai berikut:

Overall Security (OS) = Overall Capability (Oc) - Overall Threat (Ot)

Dalam rumusan di atas bahwa keamanan nasional suatu negara dapat dilihat bahwa  melalui  seberapa  besar  ancaman  yang  diterima dibanding dengan  tingkat kemampuan untuk mengatasi ancaman tersebut. Dengan dasar keamanan nasional itu juga lah akhirnya dapat disimpulkan bahwa salah satu instrumen untuk melindungi dan  mempertahankan  keamanan  nasional  adalah  dengan  meningkatkan kapabilitas dalam military power.


Signifikansi dan Perkembangan Teknologi Ruang Angkasa China
 
Space will undoubtedly be a center of gravity in any future war
Jeffrey R. Barnett

Pernyataan Jeffrey R. Barnett di atas cukup menjadi alasan mengapa negara- negara akhirnya berlomba-lomba melakukan eksplorasi terhadap ruang angkasa, termasuk juga China. Karena memang ruang angkasa tidak dapat diragukan lagi akan menjadi pusat gravitasi dari berbagai macam perang di masa depan. Mari kita lihat bersama tentang medan pertempuran saat ini dan kemungkinan medan pertempuran masa depan pada gambar di bawah ini.
Penguasaan terhadap ruang angkasa tidak hanya memberikan jaminan jangka panjang seperti kontrol terhadap luar angkasa, tapi juga menyediakan fungsi jangka pendek seperti keuntungan dalam medan perang seperti peringatan dini dan deteksi misil, radar, penentuan target dan analisis terhadap medan perang. Hampir semua industri militer modern dari suatu negara telah menyadari akan pentingnya kekuatan militer ruang angkasa sebagai bagian penting dari  keamanan nasional. Dengan semakin pentingnya teknologi ruang angkasa dalam medan perang modern maka tentu saja penguasaan terhadap ruang angkasa semakin dianggap vital.

“Space power improves battlefield awareness capabilities, strengthens joint operations systems, improves precision strike capabilities, and increasingly strengthens overall battlefield superiority. Integrated joint operations increasingly rely on space power and space is the high point of informationized warfare.” (disebutkan dalam Kevin Polpetter 2008).

Penguasaan terhadap ruang angkasa merupakan hal yang vital dalam menghadapi semua medan pertempuran. Dalam bukunya “The Art of War” Sun Tzu mengemukakan ”Take  the  High  ground  and  Hold  it  !” (disebutkan dalam Lt.Col. Mark E.Harter, "Ten Propositions Regarding Space Power").   Pernyataan  ini  dapat diartikan bahwa faktor  geografis  yang strategis, sangat  menentukan kemenangan dalam sebuah peperangan. Jika dianalogikan dengan peperangan konvensional, maka pernyataan ini berarti negara/kelompok yang menguasai dataran tinggi adalah yang lebih punya kesempatan menang. Logikanya, dengan menguasai dataran/ruang yang lebih tinggi maka suatu kelompok tersebut akan lebih mudah untuk menyerang maupun  bertahan.  Dengan   analogi   tersebut   di   atas   maka   asumsinya   adalah keberadaan ruang angkasa dengan segala kelebihannya seperti jangkauan pemantauan yang sangat luas, tingkat teknologi yang sulit disamai oleh negara lain merupakan faktor strategis, signifikan dan sangat menentukan bagi sebuah negara dalam proses peningkatan kemampuan militernya. Pernyataan-pernyataan di atas akhirnya dapat disimpulkan  bahwa  terdapat  sebuah  kenyataan  baru  dimana  sebelumnya  ruang angkasa  digunakan  untuk  kepentingan-kepentingan  sipil  yang  sifatnya  riset  dan damai, sekarang juga digunakan sebagai instrumen power dan militer.
 
China sebagai negara yang berkembang sangat pesat akhir-akhir ini juga menyadari betul akan pentingnya pengembangan program antariksanya secara massif. Banyak pengamat yang masih meragukan kemampuan China apakah China mampu menjadi kekuatan besar yang juga sebagai negara yang menguasai ruang angkasa. Tentu saja pertanyaan seperti itu sudah menjadi semakin jarang untuk ditanyakan, seiring perkembangan China yang semakin massif dalam semua aspek. Dan tentu saja kesimpulannya China sebagai negara yang sangat pantas diperhitungkan. Hal ini bisa ditinjau bahwa proyek pengembangan eksplorasi ruang angkasa tentu saja membutuhkan dana yang sangat besar. Peningkatan teknologi luar angkasa oleh suatu negara tentunya menimbulkan berbagai macam kekhawatiran bagi negara lain. Amerika Serikat yang mengembangkan teknologi ruang angkasanya secara massif, tentu saja menjadi ancaman dan menimbulkan kekhawatiran bagi negara lain, termasuk China yang saat ini terus berkembang dan diprediksi menjadi penantang Amerika Serikat.

“The latest U.S. National Space Policy (NSP) poses a serious threat to the national security of China. This new policy, released in October of 2006, sets out the George W. Bush administration’s vision for defending America’s security in space. It reinforces a unilateral U.S. approach to space security which is compounded by the U.S. opposition to any international treaties that limit its access to or use of space. Aggregately, Bush’s space policy pursues hegemony in space and poses a significant security risk to China that cannot be left unaddressed. The NSP presents a number of challenges to China’s security environment.“ (disebutkan dalam Bao Shixiu 2007).
Akan tetapi, seperti yang diketahui bahwa Amerika Serikat saat ini masih bisa dikatakan merupakan negara yang paling adidaya dari konstelasi politik internasional yang meski saat ini sudah melebur menjadi sistem multipolar. China sebagai salah satu kompetitor Amerika Serikat pun mulai dinilai yang paling memungkinkan untuk menjadi penantang Amerika Serikat. Bagaimanapun juga, program ruang angkasa China yang saat ini mengalami progress yang signifikan dan ambisi yang sangat kuat menjadi ancaman dan resiko tersendiri bagi Amerika Serikat. Dalam perspektif China, terlalu aktifnya Amerika Serikat dalam dominasinya di ruang angkasa tentu saja menjadi ancaman bagi keamanan nasional China. Program ruang angkasa yang dikendalikan oleh PLA dengan mantap terus mengembangkan pengalamannya dalam meningkatkan informasi dan komunikasi, teknologi misil dan teknologi ASAT. Hal ini berimplikasi bukan hanya pada Amerika Serikat, tetapi juga Jepang dan India yang secara geografis bersama-sama China dalam kawasan Asia.
China juga membangun dan melakukan uji coba terhadap ASATs (Anti Satelitte Weapons). Uji coba tersebut menunjukkan kenyataan bahwa China adalah salah satu aktor paling progresif pada era ini dalam melakukan eksplorasi ruang angkasa. Hal ini dilakukan China sebagai sarana dalam strategi deterrence untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan serangan Amerika Serikat Bahkan pada tahun 2000, seorang analis pertahanan China Wang Hucheng menyatakan bahwa: 

“Untuk negara-negara yang tidak pernah memenangkan kompetisi (perang) dengan Amerika Serikat dengan menggunakan tank dan pesawat, menyerang sistem persenjataan ruang angkasa Amerika Serikat adalah yang pilihan yang paling memungkinkan.” (disebutkan dalam Theresa Hitchens 2003).