Dalam
konteks perang dingin, perebutan pengaruh antara Blok Barat yang dikomando oleh
Amerika Serikat dan Blok Timur yang dikomando Uni Soviet menyisakan fenomena
yang menarik. Peristiwa ini menjadi semakin menarik karena konteks dan setting
Perang Dingin tersebut. John Mearsheimer (2001) dalam bukunya “The Tragedy of
Great Power Politics” menyebutkan bahwa “states face an uncertain
international environment in which any state might use its power to harm
another” [1],
hal ini menunjukkan bahwa sistem internasional yang anarki hanya akan
memproduksi kecurigaan antar negara dan kecil kemungkinan untuk memproduksi
penegakan kemanusiaan. Isu-isu penegakan kemanusiaan adalah secondary issues
dan tidak sepopuler isu nasionalisme pada masa Perang Dingin. Film ini
menunjukkan anomali dalam masa perang dingin yang penting untuk diangkat ke
permukaan. Fenomena tersebut adalah eksistensi muncul dan berkembangnya Human
Rights under Anarchy.
Pertukaran
tahanan perang atau juga biasa disebut repatriasi sebenarnya adalah peristiwa
yang biasa terjadi dalam suatu perang. Dari perang terdahulu sekalipun, dari
masa kerajaan hingga kekaisaran pun juga sudah sering terjadi fenomena
pertukaran tahanan perang.[2]
Hal ini menunjukkan sesungguhnya substansi yang diangkat dalam film ini yakni
pertukaran tahanan perang itu sendiri bukan merupakan hal yang istimewa. Akan
tetapi meski tidak istimewa, benar bahwa proses dan mekanisme repatriasi
merupakan proses yang rumit, melewati mekanisme negosiasi yang panjang dan
berliku persis seperti yang ditunjukkan dalam film ini. Hal ini terjadi karena
tarik ulur kepentingan antar kedua belah pihak yang bertikai menjadi drama yang
menarik. Dalam beberapa kesempatan dalam film ini menunjukkan bahwa terdapat banyak
batasan yang mampu dilakukan oleh negara untuk melakukan negosiasi. Hal ini
terjadi karena negara adalah institusi yang terikat erat dengan simbol-simbol kenegaraan
seperti territories, prestige, nationalism, patriotism, etc. Oleh karena
itu dinyatakan dalam film ini bahwa komunikasi dan negosiasi secara individu
lebih efektif dan efisien.[3]
Komunikasi secara personal antara individu meningkatkan sisi fleksibilitas
dalam komunikasi antar negara.
Masyarakat
sipil yang berprofesi sebagai lawyer insurance[4], adalah
James Donovan (dalam film ini diperankan oleh Tom Hanks), masuk dalam arena
politik global dan memainkan peranan penting dalam proses kampanye nilai-nilai
kemanusiaan ala liberalisme. Menarik, atau bahkan bisa juga dikatakan
aneh dan janggal adalah bagaimana akhirnya CIA bisa memilih seorang lawyer insurance
untuk ditugaskan dalam misi yang berbahaya dan tentu saja bukan merupakan
spesialisasinya. James Donovan diminta untuk menjadi pengacara bagi Rudolf Abel
(diperankan oleh Mark Rylance) yang tertangkap tangan merupakan mata-mata Uni
Soviet di Amerika Serikat. Pernyataan-pernyataan penting diberikan penekanan
lebih seperti pernyataan “We Want You to Defend Him” , “Everyone
Deserves a Defense, Every Person Matters”, dll. Pernyataan-pernyataan
tersebut sebenarnya bisa kita interpretasikan menjadi nilai-nilai penting yang
sangat khas Amerika, sangat dekat dengan ide-ide Liberalisme bahwa setiap
manusia/setiap individu berhak untuk diberikan pembelaan sekalipun dia merupakan
lawan politik.
Menelusuri
sisi politik, dinyatakan oleh beberapa pengamat realist bahwa negara adalah
aktor yang rasional/states as rational actor (Waltz; Mearsheimer). Hal
ini berarti bahwa setiap kebijakan luar negeri yang diambil oleh suatu negara merupakan
kalkulasi politik. Kembali ke dalam film Bridge of Spies,
pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk tidak memberikan hukuman mati
kepada Rudolf Abel sang mata-mata Uni Soviet yang telah melakukan aksi spionase
di AS, akan tetapi memberikan hukuman berupa 30 tahun penjara. Tentu saja bukan
berarti James Donovan sebagai pengacara tidak mempunyai peranan sama sekali
terkait hal ini, akan tetapi dalam Perang Dingin yang berada pada kondisi Balance
of Power[5]
antara Blok Barat dan Blok Timur, keputusan ini merupakan keputusan yang sangat
rasional. Kejelian Donovan melihat kondisi balance of power tersebut
dengan berargumentasi bahwa dunia internasional khususnya masa perang dingin
adalah sangat dinamis. Yakni sangat bisa terjadi kemungkinan hal yang sama akan
terjadi pada Amerika Serikat. Dan ternyata dalam selang beberapa waktu, benar
terjadi apa yang diprediksikan oleh Donovan yakni ditangkapnya seorang pilot AS
yang disinyalir melakukan spionase di wilayah Uni Soviet.
Amerika
Serikat sebagai promotor ide-ide liberalisme tentu ingin menunjukkan pada dunia
bahwa ide-ide liberalisme tentang Kebebasan dan Keadilan (Freedom and
Justice) adalah pilihan utama bagi masa depan dunia. Tak pelak, dalam
kondisi perseteruan yang panas dalam Perang Dingin Amerika Serikat secara
elegan mempromosikan betapa pentingnya nilai-nilai kemanusiaan. Peristiwa ini
begitu signifikan dalam konteks pertempuran pengaruh antara Blok Barat yang
kental dengan ideologi Liberalisme-nya dan Blok Timur dengan ideologi sosialis.
Besar kemungkinan Amerika Serikat melihat peristiwa ini merupakan momen yang
tidak bisa dilewatkan begitu saja untuk menunjukkan betapa humanisnya ide-ide
liberalisme.
Sisi
menarik selanjutnya adalah apakah ide tentang “Everyone deserved a defense”
sebagai representasi dari ide liberalisme tentang Hak Azasi Manusia merupakan
hal yang esensial untuk perkembangan dunia? Dan akankah kondisi ini membantu
dunia untuk terlepas dari kondisi anarki yang digambarkan oleh kaum realis pada
masa Perang Dingin, Would it Help?. Sebagai penutup, saya mengutip
kalimat dalam poster film ini yakni, “In the shadow of war, one man showed
the world what we stand for”. Eksplisit dinyatakan bahwa dunia ini
seharusnya memulai masa depannya dengan ide-ide yang lebih humanis, dan ide
tersebut adalah ideologi Liberal.
[1] Lihat selengkapnya dalam John J
Mearsheimer (2001). The Tragedy of Great Power Politics. Lihat juga
dalam Colin Elman (2007), “Realism” dalam International Relations Theory for
The Twenty First Century, New York: Routledge, p.18.
[2] Baca lebih lanjut tentang sejarah
perang-perang tradisional masa seperti perang era kekaisaran Cina, kekaisaran
Ottoman, Perang Vietnam, Perang Normandia dsb.
[3] Lihat adegan dalam film ketika James
Donovan mengungkapkan bahwa “we need to have the conversations that our
government can’t”
[4] An insurance lawyer is
a professional specializing in the various types of insurance, and the lawful
upholding of these insurance policies. One common function of the insurance
lawyer involves mitigating insurance law cases. Some of the most common types of
insurance include home insurance, auto insurance, health insurance, and mortgage insurance. The lawyer may practice in any of
these areas or one of the hundreds of other divisions of insurance law.
[5] Suatu kondisi
dimana terjadi perimbangan kekuatan antara pihak-pihak yang bertikai. Kondisi
ini pun dinilai akan mencegah terjadinya pertempuran secara fisik oleh
pihak-pihak yang bertikai. Baca selengkapnya di Morgenthau (1973), “The
Balance of Power” dalam HJ Morgenthau. Politic Among Nations: The Struggle
for Power and Peace. New York: Alfred Knopf